Monday, November 3, 2008
Pangeran Charles kamera IR dan abal-abal.com
Sabtu 1 November 2008 lalu ada sebuah pengalaman menarik, lucu, menyenangkan sekaligus sedikit menebarkan harapan. Pada hari itu saya dan teman pewarta foto majalah GATRA tengah melakukan perjalanan iseng atau dalam bahasa kerennya hunting foto untuk sekadar menambah koleksi foto kita. Tujuan pertama kita adalah taman prasasti mengingat di sana banyak sekali obyek bagus apalagi kalau diambil dengan kamera Infra Red (IR). Sampai di taman prasasti mulailah kita mengambil gambar. Sampai secara tidak sengaja saya menemukan sebuah nisan, dengan patung seorang malaikat tengah berdoa bertuliskan Soe Hok Gie . Banyak tanda tanya di benak saya apa benar Soe Hok Gie dimakamkan di tempat tersebut.
Terlepas itu benar atau tidak yang jelas saya agak banyak mengambil frame dengan obyek nisan Soe Hok Gie, karena bagaimanapun Soe Hok Gie punya keistimewaan tersendiri di mata saya. Bahkan karena peristiwa tersebut saya jadi tertarik lagi untuk mencari tahu di mana sebenarnya Soe Hok Gie dimakamkan. Ternyata menurut sebuah artikel di kompas.com, kuburan dengan batu nisan bertulis Soe Hok Gie 17 Desember 1942 16 Desember 1969 tersebut memang bukan kuburan asli Gie. Akibat pembangunan gedung perkantoran baru yang menyempitkan lahan makam dan penataan ulang makam oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta pada tahun 1975, kuburan Gie yang asli telah hilang entah di mana.
Kembali lagi ke soal cerita hunting hari itu, selepas dari taman prasasti acara hunting kita lanjutkan ke Masjid Istiqlal. Pemilihan Istiqlal sebagai lokasi selanjutnya sebenarnya terbilang mendadak dan tidak sengaja karena tujuan awal kita justru gedung-gedung tua di kota. Sesampainya di Istiqlal kita menemukan sesuatu yang lain karena banyak polisi ada di sana. Penasaran kami pun bertanya, “Kok banyak polisi ada apa pak,” tanya teman saya. Salah satu polisi tersebut menjawab bahwa akan ada Pangeran Charles berkunjung ke Istiqlal. Teman saya bertanya lagi, “Tapi masih boleh sholat ke dalam kan?” Dengan tersenyum polisi tersebut menjawab boleh. Kemudian masuklah kita ke dalam dan sholat.
Seusai sholat kita melihat sejumlah wartawan bahkan kita kenal beberapa dari mereka. Mengingat tujuan kita memang tidak untuk memotret kunjungan pangeran Charles kita tenang-tenang saja apalagi kita juga tidak memiliki ID card khusus yang tampaknya disediakan oleh pihak Istiqlal. Tapi pada saat pangeran Charles datang kita melihat ada celah dan bisa nimbrung motret. Maka ikutlah kita beraksi. Kita tentu memotret dengan kamera seadanya tanpa flash segala macam, apalagi saya bekalnya cuma kamera IR. Tapi karena tidak ada beban justru kita mendapat gambar yang bagus, teman saya dapat angle yang menarik dengan memanfaatkan lampu flash teman-teman yang lain. Sedangkan saya mendapatkan lokasi yang lumayan enak. Ketika teman-teman wartawan dan pewarta foto lain masih terus mengejar pangeran Charles untuk mendapatkan berita dan foto terbaik kitapun memilih mundur.
Pada saat mundur kita mendapat pertanyaan lucu dari salah satu orang yang sedang mengaji di masjid tersebut,”Ada orang gila masuk masjid yang ya kok ribut-ribut?” Dengan sedikit tertawa kita menjawab,”Orang gila gimana ada pangeran Charles bu,” jawab kita. Mendengar jawaban kita sang ibu tadipun menghentikan ngajinya dan ikut-ikutan ngejar pangeran Charles. “Ada-ada saja, padahal saya mau motret waktu dia ngaji gara-gara pangeran Charles malah nggak jadi,” ujar teman saya. Pangeran Charles kemudian terlihat berdiskusi serius dengan beberapa pejabat masjid dan tokoh islam salah satunya adalah Din Syamsudin.
Saat itulah kita melihat foto-foto hasil jepretan sembari tertawa-tawa.Teman saya bilang kalau tadi motretnya dalam rangka kerja pasti hasilnya tidak sebagus sekarang. Sedangkan saya bilang fotografer Indonesia mana yang punya foto pangeran Charles tapi IR untuk sekarang ini. Bahkan fotografer sekelas Darwis Triadi atau pewarta senior seperti Enny Nuraheni (yang saat itu juga ada) saat ini juga belum punya. Saya dan teman saya lantas tertawa. Seusai cukup tertawa-tawa kitapun langsung pulang karena haris sudah semakin sore. Sampai di luar ternyata pangeran Charles juga sedang keluar saya dan temanpun kembali ikut memotret tapi kini kita tidak dapat hasil yang bagus mengingat sudah banyak orang, pengawalnnyapun lebih ketat. Ketika para pewarta foto masih berebut foto sayapun memutuskan mundur. Pada saat itu ada seorang bapa-bapak bertanya pada saya. “Wartawan mana mas?” secara spontan sayapun menjawab, “Abal-abal.com.”
Bapak-bapak itupun bengong dan bingung sayapun menimpali lagi,”Wartawan abal-abal pak.” Mendengar jawaban saya bapak-bapak itupun tersenyum. “Wah saya kira wartawan beneran, tapi saya doakan semoga beneran jadi wartawan abal-abal.com,” ujar bapak-bapak tadi sembari berlalu. Mendengar jawaban tadi saya justru yang terbengong-bengong. Saya lantas berpikir biasanya kalau ada orang yang berdoa secara nothing to lose malah diijabah Allah. Sayapun berpikir siapa tahu doa bapak-bapak tadi bisa menjadi kenyataan. Siapa tahu beberepa waktu ke depan justru ada berita Abal-abal.com: Exclusive interview with Prince Charles. Dan kalau itu memang terjadi semoga saja saya bisa jadi ownernya atau pemimpin redaksinya. Paling apes ya jadi redaktur pelaksana lah. Nah kalau memang abal-abal.com jadi ada teman-teman yang mau bergabung dengan saya…?????
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment