Thursday, December 4, 2008
Unik dan Penuh Kejutan
Kamera dengan basis teknologi digital memang menjanjikan sesuatu yang beda tapi bukan berarti kamera dengan basis teknologi yang lain tak menyimpan sensasi tersendiri, contohnya adalah kamera LOMO.
Memotret kini tak lagi sekadar bagian dari hobi tetapi telah berkembang menjadi bagian dari gaya hidup. Adanya teknologi digital yang memudahkan segalanya membuat semua orang bisa menjadi pelaku dan penikmat fotografi dalam satu waktu. Fotografi seolah telah berubah menjadi sesuatu yang “instan”. Namun diantara gegap gempitanya teknologi digital beserta semua perangkat di dalamnya ternyata ada sisi lain dari fotografi yang riaknya kurang begitu terlihat. Dialah Lomografi sebuah teknik atau aliran fotografi yang mengabaikan segala aturan, pakem, atau batasan-batasan dalam fotografi secara umum.
Kenapa demikian? Sebab para fotografer yang menggunakan teknik lomografi atau biasa disebut lomografer seakan berkarya dengan mematahkan teknik fotografi yang berlaku. Mereka memotret tanpa memperhitungkan rana, diagfragma, shutter, pencahayaan, ataupun detail lain yang selama ini menjadi panduan dasar fotografi. Hal tersebut dimungkinkan karena para lomografer tersebut bekerja dengan bantuan kamera bernama Leningsradskoye Optiko Mechaninicheskoye Obyedinenie atau biasa disebut LOMO.
Kamera ini awalnya diproduksi Uni Soviet pada tahun 1982 atas ide Michail Panfilowitsch Panfiloff, direktur dari Lomo Russian Arms and Optical Factory dan masih berbasis pada teknologi film rol seluloid. Lomo sendiri merupakan nama perusahaan Rusia yang membuat perangkat optik semacam kamera, mikroskop dan teleskop. Di era Perang Dunia (PD) 2, Lomo merupakan pemasok peralatan perang bagi mililiter Rusia. Bahkan ketika itu, hampir semua agen khusus Rusia menggunakan perangkat optic dari lomo pada saat menjalankan tugasnya.
Adapun kamera Lomo yang pertama kali dibuat adalah Lomo Kompakt Automat atau lebih dikenal dengan sebutan LC-A. Kemudian dalam perkembangannya jenis kamera lomografi makin beragam. Dimulai dari berlensa empat atau biasa dikenal dengan sebutan Lomography Supersampler Camera, yang berlensa sembilan atau biasa disebut Pop 9. Selain itu ada juga beberapa seri lain seperti: Holga kit, Colorsplash camera, Horizon 202, Pop 9, Action sampler, Cybersampler, Super Sampler, 3D Camera set, Smena 8 dan Seagull TLR.
Kamera Lomo memang menyimpan banyak keunikan jika dibandingkan dengan kamera kebanyakan. Bak menyimpan misteri tiap frame yang dihasilkan oleh kamera Lomo selalu menampilkan kejutan mulai dari warna hingga hal-hal menarik lainnya. Konon hal ini disebabkan oleh lensa lomo yang katanya memiliki cacat. Namun kelemahan inilah yang menjadi kelebihan dari kamera lomo itu sendiri. Akibat dari cacat tersebut hasil jepretan kamera lomo menjadi sangat khas dan unik. Kita bisa menemukan warna khas lomo yang sulit dihasilkan oleh kamera biasa.
Di bagian tertentu seperti sudut frame, terkadang muncul warna gelap yang sehingga mampu membentuk kesan artistic. Ketika kita melakukan pemotretan dalam kondisi pencahayaan yang normal bisa saja muncul unsur warna biru, merah kuning danwarna lainnya. So amazing. Seperti contohnya kamera LOMO LCA 35 mm ini. Dengan lensanya yang tidak biasa maka dia sanggup menghadirkan distorsi pada bagian tepi gambar sedangkan gambar yang jernih ada pada bagian tengah.
Hebatnya lagi, kita bisa menghasilkan beberapa frame sekaligus hanya dengan sekali jepret. Hal ini disebabkan oleh lensa dalam kamera lomo yang tidak hanya satu buah seperti disebutkan di atas bahwa dalam satu buah kamera lomo bisa terdapat empat hingga sembilan lensa sekaligus. Kejutan lainnya, setiap kamera lomo seolah mempunyai “otonomi” masing-masing dengan kelebihan sendiri-sendiri. Jadi antara stu kamera dan kamera lainnya dipastikan menyimpan kejutan sendiri sewaktu digunakan untuk membidik obyek yang sama dan dalam waktu yang sama dan dengan teknik yang sama pula.
Tak berhenti di situ kamera lomo juga sangat adaptif digunakan untuk bereksplorasi. Salah satunya digunakan untuk melakukan eksperimen dengan menggunakan film slide kedaluwarsa. Film tersebut kemudian diproses seperti mencuci film biasa atau istilahnya cuci crossing. Hasilnya adalah sebuah foto dengan warna yang tak lazim dan aneh. Hasil-hasil mengejutkan semacam inilah yang membuat para lamografer semakin tertantang membuat hal-hal yang lain dan baru. Bahkan beberapa lomografer tak segan-segan memodifikasi kamera meraka dengan hal-hal yang ekstrim.
Lomografi juga menghadirkan gaya fotografi yang berbeda. Gayanya lebih kasual dan dekat dengan gaya snapshot. Seperti diceritakan di atas bahwa lomografi selalu memberikan sentuhan lain oleh karena itu gangguan foto seperti over-saturated colors, lens artifacts, dan cacat gara-gara exposure justru lebih ditunggu. Beragam gambar dengan efek yang sifatnya abstrak menjadi poin paling penting, dan menjadi hal paling dinantikan. Selain itu kamera lomo juga menyimpan kelebihan yang lain yaitu bentuknya yang relative ringkas sehingga untuk dibawa ke mana saja sangat mudah dan nyaman. Apalagi kamera lomo juga mempunyai kemampuan yang cukup bagus untuk mengambil gambar dengan cahaya rendah.
Memang, hasil memotret dengan kamera lomo tidak bisa langsung dilihat seperti kamera digital. Tapi disitulah seninya karena kita harus menunggu sampai proses pencucian selesai. Dan begitu melihat hasilnya kita mendapat kejutan tersendiri. Satu hal lagi yang patut dicatat harga kamera lomo tak terlampau mahal dan untuk menggunakannya tak perlu dituntut kemampuan penguasaan teknik fotografi secara mendalam. Saat ini di beberapa kota besar juga sudah banyak muncul komunitas pecinta kamera lomo atau lomografer seperti laiknya komunitas pecinta fotografi lainnya. Bagi Anda pecinta kejutan tak ada salahnya mencoba keunikan kamera ini.
foto dari www.lomography.com
karya SUGIYAMASATOMI
berjudul Sorrounded by the trees and sky
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
mahal, ga harganya.....???
Harga kamera Lomo tidak mahal apalagi jika dibandingkan dengan kamera digital baik itu poket apalagi SLR.
Post a Comment